Omong kosong


Tadi waktu ngobrol dengan teman teman. Kami semua tertawa ketika salah satu teman membacakan pesan Melalui group WA soal uang baru mirip uang china. Salah satu teman mengatakan malas membaca pesan WA yang kadang isinya hanya Share berita dari sumber engga jelas dan lagi yng dibahas hanya pepesan kosong. Engga bisa buat kita maju. Apalagi dapat peluang bisnis. Apa ada yng lebih penting dari bisnis? Tanpa uang apa bisa kita menjalankan agama dengan sempurna ? Tanpa uang apa bisa laksanakan tanggung jawab kepada keluarga?. Tanpa uang apa bisa kita bayar sumbangan amal yang setiap acara keagamaan ormas datang kirim proposal? Tanpa uang apa bisa kita bayar pajak untuk ongkosi APBN ? Tanpa uang apa bisa cinta di aktualkan? Demikian celoteh teman.
Sekarang ini aneh! Apapun yang engga penting di bahas. Sedikit sedikit tersinggung. Sedikit sedikit merasa di nistakan. Sedikit sedikit ajak orang demo. Ahok ngomong keras dibilang engga santun. Ahok nangis di bilang drama. Semua salah. Sedikit sedikit ribut soal china. Padahal china sekarang jadi kreditur AS dan Eropa, Turki, Mesir. Komunis di benci, faktanya hanya negara komunis yang engga ada teroris dan damai. Yang ribut terus justru negara timur tengah. Sedikit sedikit sok jagoan, di jadikan tersangka pada ngeles semua. Dikira mereka dengan begitu bisa bermutu hidup? Engga lah. Paling ujung ujungnya duit juga.
Mana ada urusan engga berujung duit. Apa ada yang gratis? Dakwah dan kotbah atas nama Tuhan aja ada tarifnya. Situs dakwah aja hidup dari iklan dan donasi. Demo aja butuh ongkos. Emang nasi bungkus dan aqua belinya pakai daon? Mau jadi kepala daerah butuh ongkos. Emang bisa air time TV dan iklan koran di bayar pakai doa? Bahkan mau ke toilet butuh ongkos, kecuali kencingi pohon kayak anjing. Yang bilang rezeki diatur Tuhan, malah baper kalau Sari Roti engga datang dari langit. Hammer dan robicon engga datang dari sorga. Tapi engga peduli kalau jilbab dan baju muslimah yang syari Made in ustadz lebih mahal dari buatan tanah abang. Terus dari itu semua siapa yang untung? Ya hanya segelintir orang cerdas yang beruntung.
Umat Islam mayoritas dalam segi jumlah tapi soal kualitas hidup sosial dan ekonomi ya minoritas . Kenapa? Karena semua di Baper. Otak engga di pakai. Wawasan hanya seluas baskom. Langkah hanya sampai tiang jemuran. Padahal agama itu seharusnya membuat kita menjadi pemenang bukan hanya di akhirat tapi juga di dunia. Bukan hanya mampu merebut hati orang seiman tapi juga tak seiman. Tanpa akhlak cinta apa bisa merebut hati orang? Kalau lingkungan pergaulan terbatas maka jangan salahkan orang lain kalau rezekipun terbatas. Percuma sampai mencong bibir berdoa tapi kerja males dan banyak ngelesnya kalau harus bersaing sama orang lain. Ya, kalau di dunia aja gagal menjadi mata air maka impian sorga di akhirat hanya omong kosong.
Saya hanya tersenyum mendengar celoteh teman. Perspektif yang lumayan realistis..
Om telolet Om.
Copas status om Erizeli Jely Bandaro

Postingan populer dari blog ini

Tipe - tipe Pembelajar : Analogi Gelas

MENEMUKAN HARTA KARUN PUSAKA TERPENDAM

"FISIOGNOMI CINA (BENTUK WAJAH BERDASARKAN 5 ELEMEN)"